Pages

.:About Me:.

My photo
Melaka kusayang.., Kota bersejarah..., Malaysia
Hidup dan mati dengan keredhaan dan rahmat Allah s.w.t... Gembira dan sedih atas dugaan dan nikmat Allah s.w.t... Cinta yang dihembus terus ke hati....hati kecil yang memohon agar tiada ruang yang kosong untuk dipenuhi benci.... Sesungguhnya aku insan yang hanya mampu bersedia atas takdir yang ditentukan oleh-Nya...dengan selaut usaha....selangit doa dan se'planet, tawakal....

Wednesday, December 15, 2010

Kedudukan Perempuan dalam Islam

Salah satu tema utama sekaligus prinsip pokok dalam ajaran Islam adalah persamaan antara manusia, baik antara lelaki dan perempuan maupun antar bangsa, suku dan keturunan. Perbedaan yang digarisbawahi dan yang kemudian meninggikan atau merendahkan seseorang hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Mahaesa.

Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa (QS 49: 13).

Kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat kepada perempuan.

Muhammad Al-Ghazali, salah seorang ulama besar Islam kontemporer berkebangsaan Mesir, menulis: "Kalau kita mengembalikan pandangan ke masa sebelum seribu tahun, maka kita akan menemukan perempuan menikmati keistimewaan dalam bidang

materi dan sosial yang tidak dikenal oleh perempuan-perempuan di kelima benua. Keadaan mereka ketika itu lebih baik dibandingkan dengan keadaan perempuan-perempuan Barat dewasa ini, asal saja kebebasan dalam berpakaian serta pergaulan tidak dijadikan bahan perbandingan."190

Almarhum Mahmud Syaltut, mantan Syaikh (pemimpin tertinggi) lembaga-lembaga Al-Azhar di Mesir, menulis: "Tabiat kemanusiaan antara

lelaki dan perempuan hampir dapat (dikatakan) sama. Allah telah menganugerahkan kepada perempuan sebagaimana menganugerahkan kepada lelaki. Kepada mereka berdua dianugerahkan Tuhan potensi dan kemampuan yang cukup untuk memikul tanggung jawab dan yang menjadikan kedua jenis kelamin ini dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas yang bersifat umum maupun khusus. Karena itu, hukum-hukum Syari'at pun meletakkan keduanya dalam satu kerangka. Yang ini (lelaki) menjual dan membeli, mengawinkan dan kawin, melanggar dan dihukum, menuntut dan menyaksikan, dan yang itu (perempuan) juga demikian, dapat menjual dan membeli, mengawinkan dan

kawin, melanggar dan dihukum serta menuntut dan menyaksikan."191

Banyak faktor yang telah mengaburkan keistimewaan serta memerosotkan kedudukan tersebut. Salah satu di antaranya adalah kedangkalan pengetahuan keagamaan, sehingga tidak jarang agama (Islam) diatasnamakan untuk pandangan dan tujuan yang tidak dibenarkan itu.

Berikut ini akan dikemukakan pandangan sekilas yang bersumber dari pemahaman ajaran Islam menyangkut perempuan, dari segi asal kejadiannya, dan hak-haknya dalam berbagai bidang.

Asal Kejadian Perempuan

Berbedakah asal kejadian perempuan dari lelaki? Apakah perempuan diciptakan oleh tuhan kejahatan ataukah mereka merupakan salah satu najis (kotoran) akibat ulah setan? Benarkah yang digoda dan diperalat oleh setan hanya perempuan dan benarkah mereka yang menjadi penyebab terusirnya manusia dari surga?

Demikian sebagian pertanyaan yang dijawab dengan pembenaran

oleh sementara pihak sehingga menimbulkan pandangan atau keyakinan yang tersebar pada masa pra-Islam dan yang sedikit atau banyak masih berbekas dalam pandangan beberapa masyarakat abad ke-20 ini.

Pandangan-pandangan tersebut secara tegas dibantah oleh Al-Quran, antara lain melalui ayat pertama surah Al-Nisa':

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari jenis yang sama dan darinya Allah menciptakan pasangannya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak.

Demikian Al-Quran menolak pandangan-pandangan yang membedakan (lelaki dan perempuan) dengan menegaskan bahwa keduanya berasal dari satu jenis yang sama dan bahwa dari keduanya secara bersama-sama Tuhan mengembangbiakkan keturunannya baik yang lelaki maupun yang perempuan.

Benar bahwa ada suatu hadis Nabi yang dinilai shahih (dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya) yang berbunyi:

Saling pesan-memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah).

Benar ada hadis yang berbunyi demikian dan yang dipahami secara keliru bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk Adam, yang kemudian mengesankan kerendahan derajat kemanusiaannya dibandingkan dengan lelaki. Namun, cukup banyak ulama yang telah menjelaskan makna sesungguhnya dari hadis tersebut.

Muhammad Rasyid Ridha, dalam Tafsir Al-Manar, menulis: "Seandainya tidak tercantum kisah kejadian Adam dan Hawa dalam Kitab Perjanjian Lama (Kejadian II;21) dengan redaksi yang mengarah kepada pemahaman di atas, niscaya pendapat yang keliru itu tidak pernah akan terlintas dalam benak seorang Muslim."192

Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian majazi (kiasan), dalam arti bahwa hadis tersebut memperingatkan para lelaki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana. Karena ada sifat, karakter, dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan lelaki, hal mana bila tidak disadari akan dapat mengantar kaum lelaki untuk bersikap tidak wajar. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan. Kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.

Memahami hadis di atas seperti yang telah dikemukakan di atas, justru mengakui kepribadian perempuan yang telah menjadi kodrat (bawaan)-nya sejak lahir.

Dalam Surah Al-Isra' ayat 70 ditegaskan bahwa:

Sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan (untuk memudahkan mencari kehidupan). Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk-makhluk yang Kami ciptakan.

Tentu, kalimat anak-anak Adam mencakup lelaki dan perempuan, demikian pula penghormatan Tuhan yang diberikan-Nya itu, mencakup anak-anak Adam seluruhnya, baik perempuan maupun lelaki. Pemahaman ini dipertegas oleh ayat 195 surah Ali'Imran yang menyatakan: Sebagian kamu adalah bagian dari sebagian yang lain, dalam arti bahwa "sebagian kamu (hai umat manusia yakni lelaki) berasal dari pertemuan ovum perempuan dan sperma lelaki dan sebagian yang lain (yakni perempuan) demikian juga halnya." Kedua jenis kelamin ini sama-sama manusia. Tak ada perbedaan antara mereka dari segi asal kejadian dan kemanusiaannya.

Dengan konsideran ini, Tuhan mempertegas bahwa:

Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal, baik lelaki maupun perempuan (QS 3:195).

Pandangan masyarakat yang mengantar kepada perbedaan antara lelaki dan perempuan dikikis oleh Al-Quran. Karena itu, dikecamnya mereka yang bergembira dengan kelahiran seorang anak lelaki tetapi bersedih bila memperoleh anak perempuan:

Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitam-merah padamlah wajahnya dan dia sangat bersedih (marah). Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak disebabkan "buruk"-nya berita yang disampaikan kepadanya itu. (Ia berpikir) apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah! Alangkah buruk apa yang mereka tetapkan itu (QS 16:58-59).

Ayat ini dan semacamnya diturunkan dalam rangka usaha Al-Quran untuk mengikis habis segala macam pandangan yang membedakan lelaki dengan perempuan, khususnya dalam bidang kemanusiaan.

Dari ayat-ayat Al-Quran juga ditemukan bahwa godaan dan rayuan Iblis tidak hanya tertuju kepada perempuan (Hawa) tetapi juga kepada lelaki. Ayat-ayat yang membicarakan godaan, rayuan setan serta ketergelinciran Adam dan Hawa dibentuk dalam kata yang menunjukkan kebersamaan keduanya tanpa perbedaan, seperti:

Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya ... (QS 7:20).

Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan keduanya dikeluarkan dari keadaan yang mereka (nikmati) sebelumnya ... (QS 2:36).

Kalaupun ada yang berbentuk tunggal, maka itu justru menunjuk kepada kaum lelaki (Adam), yang bertindak sebagai pemimpin terhadap istrinya, seperti dalam firman Allah:

Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya (Adam) dan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepadamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan punah?" (QS 20:120).

Demikian terlihat bahwa Al-Quran mendudukkan perempuan pada tempat yang sewajarnya serta meluruskan segala pandangan yang salah dan keliru yang berkaitan dengan kedudukan dan asal kejadiannya.

Konsep Cinta dalam Islam

Sesungguhnya orang yang ada dalam dirinya ketaqwaan kepada Allah, akan timbul juga dalam dirinya rindu dan cinta kepada Allah. Rindu dan cinta kepada Allah akan meningkatkan lagi iman kita. Orang yang rindu dan cinta kepada Allah akan dapat merasakan kemanisan dalam beriman kepadaNya. Ini telah diterangkan oleh Rasulullah s.a.w dalam hadisnya:

Ertinya : Tiga perkara apabila berada pada diri seseorang, nescaya dia akan merasakan kemanisan iman; iaitu hendaklah Allah dan Rasulnya lebih dicintai dari yang lainnya……”

Daripada hadis yang dibacakan tadi, kita dapat fahami bagaimana cinta kepada Allah itu adalah salah satu tanda imannya seseorang itu. Bahkan cinta pada Allah itu adalah sebahagian dari syarat iman. Ini diperkuatkan lagi oleh hadis Rasulullah s.a.w yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik :

Maksudnya : Kamu tidak beriman sehingga Allah dan RasulNya lebih dicintai dari yang lain.

Sifat cinta ini tidak dapat tercapai dengan kita duduk berdiam sahaja. Ia juga tidak dapat tercapai dengan kita tidak mengenali siapakah yang ingin kita cintai. Untuk itu, kita perlu mengenal Allah s.w.t Pencipta Alam semesta ini. Untuk kita mengenalinya, kita perlu mengenali segala sifat-sifatnya yang agung, yang suci dari segala kekurangan. Dan untuk melihat kebesaran Allah s.w.t, lihat segala yang diciptanya. Lihatlah alam sekeliling kita. Lihatlah berjuta-juta jenis makhluk yang hidup diatas muka bumi ini, dari sekecil-kecil kuman, sehingga sebesar-besar binatang. Tidakkah ini semua bukti dan dalil terhadap kebesaran Allah? Tidakkah ini sudah mencukupi untuk menanamkan dalam diri kita perasaan mengangungkan Allah dan seterusnya berputik perasaan cinta dalam diri kita terhadap Pencipta kita?

Apabila seseorang sudah ada dalam dirinya perasaan cinta kepada Allah, hatinya akan merasa cenderung kepada Allah. Dia akan merasakan adanya hubungan yang rapat dengan Allah. Dia akan merasa malu dan takut untuk melanggar perintah Allah. Dia akan merasa suka dan cinta melakukan amalan yang membawa keredhaan Allah. Apabila perasaan-perasaan ini wujud dalam diri seseorang hamba, maka dia sudah merasakan cinta kepada Allah. Dan dia akan merasakan kemanisan beriman kepada Allah.

Apabila seseorang sudah merasakan cinta kepada Allah, dia juga perlu merasakan cinta kepada Nabi Muhammad s.a.w, makhluk yang paling dicintai Allah s.w.t sehinggakan beliau di gelar Habibullah iaitu kekasih Allah. Cinta kepada Rasulullah s.a.w merupakan bukti cinta kita kepada Allah. Firman Allah s.w.t dalam surah Ali-Imran, ayat 31:

Ertinya : Katakanlah: Jika kamu cintakan kepada Allah, maka ikutlah (ajaran) aku nescaya Allah akan menyintai kamu dan mengampunkan dosa kamu. Dan Allah Maha Pengampun laga Maha Penyayang.

Manusia diciptakan dengan naluri untuk menyayangi dan mencintai makhluk yang lain. Ia adalah satu semula jadi. Satu sifat yang tidak boleh kita nafikan dalam diri kita. Samada seseorang itu cinta kepada dirinya sendiri, atau cinta kepada orang lain, atau cinta kepada makhluk lain, atau cinta kepada Allah, semua itu adalah bukti perasaan cinta yang ada dalam diri kita. Persoalaannya adalah bagaimana kita memastikan cinta kita tidak tergelincir dari landasan Islam, tidak membawa kemurkaan Allah.

Sebagai contoh, adalah satu perkara yang lumrah bagi lelaki menyintai wanita, dan begitu juga sebaliknya. Cinta sebegini yang memastikan zuriat manusia berkembang di dunia ini. Tetapi cinta sebegini juga menyebabkan banyak berlaku kemungkaran. Lihat sahaja sekeliling kita sekarang ini. Semakin ramai remaja dan anak muda yang melanggar norma-norma kesusilaan dan hukum Allah apabila mereka sedang bercinta. Kita dapat lihat bagaimana mereka berpegang tangan, malah ada yang sanggup berpeluk-pelukan dan bercumbu-cumbuan di khalayak ramai. Dimanakah sifat malu mereka? Adakah mereka begitu tenggelam dalam perasaan cinta sehingga segala perasaan malu diketepikan? Dan yang sedihnya, bukan sahaja yang muda, bahkan yang sudah berumur pun melalakukan sedemikan. Seolah-olah sudah tiada lagi perasaan malu dan kehormatan diri. Ketauilah saudara-saudara sekelian, bahawa salah satu tanda hampir kiamat adalah apabila dicabut perasaan malu dari kalangan wanita, sehingga mereka tiada perasaan segan silu untuk mendedahkan tubuh badan mereka di khalayak ramai, dan tiada segan silu untuk dengan mudah menyerahkan tubuh badan mereka kepada lelaki.

Inilah kesan kehidupan moden di Malaysia ini. Kita semakin terdedah dengan berbagai gejala yang tidak sihat. Di mana-mana sahaja kita lihat, kita dihujani dengan mesej bahawa tidak salah untuk berpasangan dan untuk mendedahkan aurat. Dari poster-poster iklan, kepada akhbar-akhbar sehingga televisyen. Sekarang timbul pula internet. Semakin mudah seseorang itu terdedah dengan pemikiran yang bertentangan dengan ajaran Islam. Kalau kita sebagai orang dewasa, kemungkinan juga terpengaruh sedikit sebanyak, bayangkan bagaimana anak-anak remaja kita yang masih kebingungan. Siapakah yang akan menerangkan kepada meraka bahawa cara-cara bercinta yang dipaparkan di media massa adalah bertentangan dengan Islam?

Adakah tugas sekolah semata-mata? Adakah tugas masjid semata-mata? Tidak. Tidak cukup dengan pendidikan di luar. Yang terlebih penting adalah pendidikan langsung dari ibu bapa. Mereka yang sepatutnya memainkan peranan yang lebih dalam mendidik anak-anak mereka agar tidak terpedaya dengan gejalan dan pemikiran yang tidak sihat. Kerana akhirnya, mereka lah yang akan dipersoalkan di akhirat kelak. Bukan guru sekolah. Bukan imam di masjid.

Sekiranya setiap dari kita memainkan peranan menasihati anak-anak kita dari kecil lagi, kita akan dapat mengurangkan masalah kerosakan akhlak di kalangan remaja kita. Dan ketahuilah bahawa untuk menasihati anak-anak kita, ada teknik-tekniknya. Kalau tidak mengikut teknik-teknik tersebut, ia akan lebih menjadi seperti leteran yang membosankan anak-anak kita. Maka kita perlu belajar teknik-teknik mendidik dan menasihat anak-anak. Agar tugas kita sebagai ibu-bapa akan lebih efektif lagi. Agar kelak apabila anak-anak kita sudah dewasa dan kita menjadi tua, kita tidak akan merasa sesal.